Abdullah Ibn Abi Wada’ah Lautan Ilmu Putri Guru
Kisah Abdullah bin Abi Wada’ah
Beliau hidup di zaman tabi’in yaitu zaman sesudah para sahabat. Beliau merupakan menantu dari salah satu ulama Madinah yang termasuk dalam tujuh Fuqaha Madinah yaitu Said bin Musayyid yang dikenal akan ketekunannya dalam menimba ilmu.
Tujuh Fuqaha Madinah ini adalah ulama-ulama tabi’in yang memiliki kapasitas keilmuan yang luar biasa. Mereka diakui sebagai pewaris ilmunya para sahabat yang kepada merekalah orang-orang merujukkan berbagai macam persoalan keumatannya. Adapun 7 Fuqaha Madinah saat itu adalah:
- Al Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar
- Salim bin Abdullah bin Umar
- Said bin Musayyib
- Kharijah bin Zaid bin Tsabit
- Sulaiman bin Yasar
- Urwan bin Zubair
- Ubaidillah bin Abdullah
Mereka semua adalah putra-putra terbaik dari para sahabat Rasulullah SAW
Tentang Imam Said bin Musayyib
Salah satu ulama terkenal pada masa itu adalah Said bin Musayyib di mana selama 50 tahun lamanya beliau tinggal di Madinah tidak pernah ketinggalan Takbiratul ihramnya imam shalat fardhu di Masjid Nabawi.
Beliau dikenal sebagai ulama yang memiliki lautan ilmu. Beliau meriwayatkan begitu banyak hadits. Beliau memahami Alquran dengan berbagai ilmu tentangnya. Beliau memahami tentang asbabun nuzul, tafsir, Al Waqfu wal- Ibtidak, nasihk mansukh, dan lautan ilmu lainnya selain itu beliau juga salah satu sanadnya Imam Malik.
Santri Terbaik Imam Said
Keseharian Imam Sayyib adalah mengajar secara rutin di Masjid Nabawi dan murid beliau juga banyak diantara salah satu muridnya adalah seorang kerabat jauhnya yang bernama Abdullah bin Abi Wada’ah.
Abdullah bin Abi wada’ah adalah seorang santri yang tekun setiap hari datang untuk belajar namun beliau ini datang dari kalangan orang miskin, meskipun begitu semangatnya dalam menuntut ilmu sangat luar biasa sehingga beliau hampir tidak pernah absen hadir di majelis ilmu.
Istri Abdullah Wafat
Suatu waktu, 3 hari berturut-turut Abdullah bin Abi Wada’ah absen tidak hadir di majelis ilmu Imam Said. Sehingga ketika hari keempat beliau hadir, Imam Said pun bertanya Kenapa ia tidak hadir?.
Abdullah bin Abi wa’adah pun menjelaskan bahwa tidak ada yang membantunya untuk mengurus istrinya yang wafat dan menyelesaikan semua urusan-urusannya kecuali hanya dia yang mengurusnya semua ini terjadi, karena kemiskinannya apalagi beliau bukan orang terkenal dan tinggal di bagian pinggir kota Madinah.
Dinikahkan Sang Guru untuk Putrinya
Setelah Imam Said mendengar kabar kematian dari istrinya Abdullah bin Abi Wa’adah. Karena Abdullah sudah menjadi duda, beliau pun langsung menikahkan Abdullah bin Abi Wa’adah untuk putrinya dengan mahar yang ada padanya saat itu juga.
Abdullah bin Abi Wa’adah pun kaget bukan main, betapa tidak tiba-tiba Imam Said menikahkan putrinya untuk dirinya. Apalagi Ia pun juga tahu dan merasa tidak enak hati karena gurunya ini baru saja menolak pinangan Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk putra mahkota Al Walid bin Abdul Malik yang ingin meminang Putri gurunya tersebut.
Kedatangan Sang Guru Bersama Putrinya
Akhirnya, Abdullah bin Wa’adah pun pulang dalam keadaan bingung dan antara percaya tidak percaya ia telah menikah dengan putri sang guru.
Hari itu, beliau dalam keadaan berpuasa sorenya beliau keluar mencari sisa roti dari toko roti yang sudah disisihkan. Setelah mendapatkan izin membawa roti itu pulang maka beliau pun menyiapkan menu buka puasanya dengan memasak roti.
Singkat cerita, di tengah beliau menyiapkan makan untuk buka puasa menjelang berbuka tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Ternyata yang datang itu adalah gurunya Imam Said ketika tahu itu, beliau pun lega karena merasa gurunya pasti ini membatalkan pernikahannya dengan putri sang guru.
Aku Mengantarkan Istrimu
Ketika pintu itu buka, justru Abdullah bin Abi Wada’ah melihat Imam Said datang bersama anak perempuannya. Beliau pun bertanya apa hajat gurunya datang ke rumahnya?.
Imam Said pun mengatakan bahwa ia sudah menikah dan sudah seharusnya putrinya yang sudah menjadi istri Abdullah berada di rumah ini. karena tidak baik pula seorang laki-laki sendirian lama-lama fitnahnya pasti banyak.
Mendengar itu Abdullah bin Abi Wada’ah pun meminta mereka menunggu sebentar dan beliau pun bergegas membereskan rumahnya yang berantakan bahkan roti yang akan beliau makan disembunyikan karena malu akan dilihat oleh gurunya dan istrinya.
Bu, Bantu Aku, Guruku Datang
Saat itu Abdullah bin Abi Wada’ah langsung menemui ibunya lewat dari pintu belakang dengan kondisi panik meminta bantuan dari ibunya bagaimana menyambut kedatangan Imam Said dan putrinya itu.
Mendengar cerita anaknya ini, sang Ibu pun segera minta Abdullah kembali menemui mereka dan membawanya ke rumah ibunya. Sementara sang ibu akan menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut istri dari anaknya tersebut.
Abdullah pun diminta untuk tidak ke rumah ibunya selama 3 hari. Karena ibunya akan menjelaskan secara detail tentang anaknya ini terlebih dahulu. Disiapkan mentalnya karena secara budaya mereka juga berbeda dan juga menghias sang menantu untuk putranya.
Setelah 3 Hari, Akhirnya Hidup Bersama
Setelah tiga hari, kemudian ibunya pun mengantarkan sang menantu ke rumah putranya itu. Selama tiga hari itu pun Abdullah bin Wa’adah merapikan dan membersihkan rumahnya.
Ketika istri dia telah masuk ke rumahnya, saat itulah Abdullah bin Abi Wada’ah benar-benar melihat istrinya secara utuh. Beliau benar-benar tidak menyangka bahwa Allah memberikan anugerah kepadanya seorang istri yang salihah,, cantik, baik, paham dengan peran dan tugasnya sebagai seorang istri dan bahkan ridho dengan keadaannya yang miskin.
Lautan Ilmu Putri Guru
Di hari berikutnya, Abdullah pun pamit dengan istrinya untuk berangkat ke majelis ilmu setelah absen tiga hari. Istrinya pun bertanya setelah ia ingin pamit, “Ilmu apa yang mau engkau pelajari dari ayahku? semua ada padaku. Jadi, engkau tidak perlu berangkat. Belajarlah bersamaku”.
Akhirnya Abdullah tidak jadi berangkat ke majelis karena ternyata atas kebaikan Allah, Abdullah bin Abi Wa’adah diberikan seorang istri yang sholehah, ‘alimah, pintar dan fakihah. Sehingga akhirnya pernikahan ini pun menjadi berkah bagi Abdullah dan keluarganya yang luar biasa keberkahan ilmunya.