Aisyah dan Khadijah Rumus Mawaddah dan Rahmah
Kisah Dua Istri Rasulullah SAW
Kisah kali ini berkaitan dengan nabi kita Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di mana beliau juga memiliki kisah romantis dengan para istri beliau diantaranya kisah romantis dengan ibunda Khadijah dan ibunda Aisyah.
Jika kita sering membaca bahkan mendengar bagaimana perjuangan dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam selama 23 tahun, kali ini kita akan membahas bagaimana kisah romantis rumah tangga beliau bersama kedua istrinya yang sangat dicintai di mana kedua istri beliau ini memiliki sisi yang berbeda sehingga menjadi pengokoh dan penguat perjuangan dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Pernikahan Rasulullah dan Ibunda Khadijah
Pernikahan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan ibunda Khadijah merupakan satu perpaduan yang sangat saling melengkapi Allah menjodohkan beliau dengan ibunda Khadijah, seorang perempuan yang sudah jauh lebih berumur bahkan seorang janda dua kali dan memiliki anak-anak dari pernikahan sebelumnya tiada lain karena personalnya Khadijah yang sangat istimewa di sisi Allah, baik dari segi nasab maupun akhlaknya mampu melengkapi apa yang paling dibutuhkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, seorang perempuan penguat dan pengokoh di masa-masa awal perjuangan dakwah Rasulullah.
Kenapa Ibunda Khadijah ?
Di masa mudanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dipertemukan dengan sosok perempuan yang keibuan sosok yang penuh perhatian dan sosok yang memahami. Mengapa ibunda Khadijah? sebab Allah yang paling tahu seperti apa kebutuhan jiwa dan raga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam saat itu sehingga akhirnya beliau dijodohkan dengan ibunda Khadijah yang lebih berpengalaman, dan lebih memahami bagaimana cara memperlakukan laki-laki memperlakukan suami mendudukkannya di posisi yang terhormat dan memuliakan sebagai qowwamnya.
Kepribadian yang matang
Semua akhlak baik yang dimiliki ibunda Khadijah itu terbukti ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mendapatkan wahyu pertama di mana saat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pulang dari gua Hira’ menerima wahyu pertama dari malaikat Jibril, pulang dalam keadaan menggigil ketakutan, ibunda Khadijah justru mampu memenangkan beliau jikalau beliau lebih muda atau usianya sepantaran dengan Rasulullah tentu dalam menanggapi apa yang menimpa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak mungkin beliau bisa setenang itu pastilah juga ikutan panik dan ketakutan.
Istri yang Tenang
Di dalam situasi yang genting itu beliau dengan tenang menghadapi keadaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang menggigil dan penuh ketakutan beliau antar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ke kamar, diselimuti, beliau biarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam terlebih dahulu menyendiri.
Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam merasa tenang barulah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menceritakan kepada istrinya itu tentang apa yang dialaminya, setelah mendengarnya lagi-lagi Khadijah tidak langsung menyimpulkannya, tidak ingin meresponnya dengan cara yang tidak tepat justru beliau sangat memahami persoalan maka beliau ajak Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menemui sepupunya seorang yang dianggap memiliki pengetahuan yang luas memahami Taurat dan Injil sangat mengerti agama-agama yang telah turun sebelumnya.
Bertemu Waraqah
Setelah bertemu dan diceritakan Khadijah serta Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Waraqah pun akhirnya mengatakan sesungguhnya “Telah datang kepadamu Namus besar dan tugas yang luar biasa seandainya aku masih hidup dan sehat tulang-tulangku masih perkasa nanti aku akan berjuang untuk berada di sisimu ketika engkau didustakan, diusir, dicaci maki, dituduh gila, penyihir, penyair, pemecah belah, ketika mereka memerangimu, aku pasti akan berdiri berada di sisi”.
Anugrah dan Ujian Besar
Mendengar perkataan Waraqah tersebut tentu membuat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam terkejut, bahwa beliau akan menghadapi situasi-situasi yang rumit itu di mana selama ini beliau orang yang terpandang, dicintai seluruh kabilah dipercaya dengan penuh kepercayaan, bagaimana mungkin beliau akan mengalami semua itu nantinya.
lalu Waraqah pun tersenyum “Tidak ada seorangpun yang datang kepadanya sebagaimana apa yang datang kepadamu kecuali pasti akan diperlakukan seperti itu oleh kaumnya didustakan, difitnah, disakiti, diusir, bahkan dibunuh”. Anugerah sebesar itu akan diikuti dengan ujian yang sebesar itu
Pembenar Wahyu Pertama Rasulullah SAW
Di sinilah hebatnya ibunda Khadijah, di saat Rasulullah berada di titik kesadaran bahwa akan ada gelombang besar di kehidupan beliau ibunda Khadijah yang berada di sisi beliau justru memeluk beliau, menggenggam tangan beliau, dan meyakinkan beliau bahwa akan selalu ada di sisi suaminya itu.
Inilah yang menjadi kekuatan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika menerima kenyataan bahwa wahyu Allah telah sampai Kepada beliau di mana akan ada gelombang besar yang akan dihadapinya, sementara ibunda Khadijah sudah menyiapkan diri karena telah lebih dulu melihat tanda-tanda kenabian pada diri suaminya itu bahkan sebelum ibunda Khadijah menikahinya.
Wahyu Dipernikahan Ke-15 Tahun
Pada usia pernikahan ke-15 tahun bersama ibunda Khadijah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menerima wahyu pertama, maka inilah bentuk rahmahnya ibunda Khadijah sisi yang paling menonjol di dalam dirinya selama menjadi istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam hubungan tanpa syarat, di mana ibunda Khadijah mengorbankan seluruh kehidupannya untuk perjuangan dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Dan yang lebih hebatnya, betapa telitinya dan cerdasnya Khadijah saat seorang malaikat Jibril datang beliau benar-benar memastikan, apakah itu malaikat atau bukan, menguji malaikat dengan bermesraan Bersama suaminya jika itu malaikat maka ia akan malu dan tidak akan mendekati suami istri yang sedang bermesraan, tapi jika itu jin atau setan maka ia tidak akan malu melihat itu.
Sunnah Hasanah dari Khadijah
Setelah memastikan itu malaikat Jibril, maka Jibril pun menyampaikan salam kepada ibunda Khadijah dan beliau menjawab dengan jawaban yang menjadi sunnah hasanah yang masih kita pakai hari ini yaitu “Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh”. Sunnah hasanah yang sampai sekarang jika kita amalkan ibunda Khadijah dapat pahalanya.
Khadijah dan Pengorbanannya
Inilah bentuk kasih sayang ibunda Khadijah yang luar biasa yang diikuti dengan bagaimana beliau juga menyerahkan semua hartanya, beriman kepada suaminya, meyakini semua ucapannya, menderita bersamanya bahkan juga mendapatkan penghinaan yang sama seperti yang diterima Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dari keluarga Abu Lahab termasuk ketika kedua Putri beliau Ruqyah dan Ummu Kulsum yang semula sudah dijanjikan akan dinikahkan dengan Utbah dan Utaibah putra-putra Abu Lahab dan Ummu Jamil, kemudian tiba-tiba dibatalkan dan bahkan mencaci maki keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di depan Ka’bah
Garda Terdepan Keluarga
Semua kesakitan itu dialami oleh Khadijah beserta keluarganya di masa-masa awal dakwah suaminya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Selain itu, Khadijah benar-benar tidak hanya menjadi istri tapi juga ibu yang berada di garda terdepan anaknya sampai akhirnya kedua putrinya tersebut menikah dengan lelaki pilihan yakni Sayyidina Utsman bin Affan.
Ketika terjadi pemboikotan kepada Rasulullah, para sahabat Bani Hasyim, dan Bani Muthalib Meskipun mereka belum berislam, mereka harus keluar dari Mekkah dan tidak bisa berjual beli, tidak bisa saling menikahkan. Keadaan yang paling berat dan disitulah ibunda Khadijah menghabiskan seluruh hartanya yang tersisa untuk bisa menanggung kehidupan kaum muslimin, bani Hasyim dan bani Muthalib yang sedang berada dalam pemboikotan.
Khodijah, Rumus Rahmah
Inilah yang dialami ibunda Khadijah dan bentuk kasih sayang yang luar biasa itu adalah ketika beliau menikah dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam beliau dalam keadaan kaya raya bahkan mungkin perempuan terkaya di Kota Mekah tapi ketika beliau menjelang wafat di tahun ke-11 kenabian, maka sesungguhnya Khadijah menjadi orang yang sangat-sangat tidak berbunyi sampai-sampai disebutkan dalam satu ayat, Khadijah meminta Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam “Kalau masih ada yang bermanfaat dari diriku bahkan itu tulang-tulangku nanti sesudah aku mati gunakanlah Ya Rasulullah untuk berjuang di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala”.
Cinta yang Mengokohkan
Jadi inilah cinta yang tidak akan pernah dilupakan oleh Rasulullah cinta yang penuh Rahmah, cinta yang penuh pemahaman, cinta yang penuh pengorbanan, cinta yang penuh pembelaan seolah-olah Khadijah itu tiang penopang penyangga yang sangat kokoh selama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melewati hari-hari yang berat di awal risalah, hingga kematian beliau pun begitu di tangisi oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam selain karena Paman beliau Abu Thalib juga berpulang.
Betapa tidak dua pelindung dalam dakwahnya berulang dalam waktu yang bersamaan sehingga disebut ‘Amul Huzni” (tahun kesedihan) jika Abu Thalib adalah pelindung dari luar rumah maka, ibunda Khadijah adalah pelindung dakwah beliau dari dalam rumah
Rasulullah dan Ibunda Aisyah
Setelah ibunda Khadijah berpulang maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun hijrah ke Madinah dan saat itu beliau sudah menikahi ibunda Aisyah 3 tahun setelah ibunda Khadijah wafat lalu di sana mereka berkumpul dan menjalani rumah tangga.
Ketika di Madinah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menghadapi tantangan dakwah yang baru di mana beliau sudah menjadi seorang pemimpin Muhajirin dan Ansor yang sudah bersatu, saat itu Islam menjadi satu kekuatan yang real yang diperhitung setelah menjadi satu tatanan sosial masyarakat baru yang diidam-idamkan banyak orang yang sangat ingin berada dalam naungan pemerintahan Islam di bawah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
Kehidupan Pernikahan Rasulullah dan Ibunda Aisyah
Ketika saat di puncak dakwah Allah menghadirkan untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ibunda Aisyah di mana sifatnya, kemudaannya, kecantikannya, kemanjaannya, dan sifat cemburunya begitu bertolak belakang dengan ibunda Khadijah.
Di dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersama ibunda Aisyah memiliki warna yang baru berbeda dengan kehidupan rumah tangga sebelumnya. Seakan – akan akan menjadi refresh sebagai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di sela-sela kesibukan beliau dalam mengurus urusan kenegaraan dari menata pemerintahan sampai menata peperangan di medan tempur
Aisyah, Rumus Mawaddah
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun memperlakukan Aisyah layaknya seorang istri yang masih muda yang butuh divalidasi perasaannya layaknya wanita-wanita zaman kini. Diajak bercanda, diajak melakukan hal-hal yang menyenangkan penuh kemesraan dan kasih saying, berbagi cerita dan guyonan seolah tidak banyak penderitaan yang mereka alami.
Banyak kisah-kisah romantis yang beliau jalani berdua diceritakan dalam berbagai riwayat Rasulullah benar-benar memberikan rasa cintanya kepada ibunda Aisyah dengan istimewa diantara istri yang lain selain itu ibunda Aisyah juga terkenal akan kecerdasannya.
Sumber : Instagram @coretan_refada