Ali dan Fatimah Suka Duka di Naungan Nubuwwah
Kisah Ali dan Fatimah
Kisah mereka sangat fenomenal, bahkan disukai para anak muda, kisah tentang cinta dalam diamnya seorang Ali bin Abi Thalib kepada Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam begitupun sebaliknya, tapi pada kenyataannya kisah perjalanan cinta mereka tidak semulus yang kita kira.
Biarkan Aku Mengasuh Ali Wahai Paman…
Sebagai anak, Fatimah tentu dirawat dan dibesarkan oleh ayahandanya Rasulullah dan ibundanya Khadijah, ternyata di dalam masa pengasuhan itu dan disaat kehidupan Rasulullah juga sudah mapan, maka Sayyidina Abbas menyarankan Rasulullah untuk merawat Ali anak pamannya Abu Thalib sebagaimana dulu sewaktu kecil Rasulullah juga diasuh oleh Abu Thalib, apalagi anaknya Abu Thalib banyak.
Hal ini dilakukan bukan semata-mata balas budi tapi juga untuk meringankan beban pamannya itu meskipun, secara sosial kedudukan Abu Thalib tinggi dan terhormat ternyata secara ekonomi cukup buruk karena beliau tidak pandai berdagang.
Ali dalam Pengasuhan Rasulullah
Saat Rasulullah bersama Abbas datang ke rumah pamannya menyampaikan niat baik itu, Abu Thalib pun menyambut dengan baik, akhirnya Ja’far dibawa oleh Abba sedangkan Ali dibawa oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sejak saat itu Ali sudah dalam pengasuhan Rasulullah
Karena Sayyidina Ali sejak kecil sudah dalam pengasuhan Nabi SAW dan ibunda Khadijah maka, hal ini pula yang menjadikannya sebagai salah satu Assabiqunal Awwalun yaitu orang yang pertama-tama masuk Islam.
Karena beliau melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Rasulullah dan ibunda Khadijah melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala saat itu ternyata salat sudah lebih dahulu Rasulullah lakukan hanya saja belum 5 waktu seperti perintah yang Rasulullah bahwa setelah Isra Mi’raj.
Assabiqunal Awwalun
Ketika Ali masih berusia 8 tahun, beliau pun bertanya apa yang sedang disembah oleh Rasulullah bersama istrinya ? Rasulullah pun menjawab bahwa beliau diperintahkan untuk menyembah hanya pada Allah semesta alam tidak mempersekutukannya dan tidak menyembah kepada berhala seperti yang dilakukan sebagian orang Quraisy.
Rasulullah kemudian menawarkan kepada ahli apakah mau beriman sebagaimana beliau beriman ? mendengar itu, ia berniat menanyakan terlebih dahulu kepada ayahnya namun, setelah beberapa langkah dari rumah Rasulullah beliau balik lagi beliau menganggap urusan dunia dan akhirat adalah tanggung jawabnya, bagaimana mungkin beliau harus menanyakan itu. Singkat cerita Ali pun kembali dan bersyahadat, menjadilah beliau orang yang lebih dahulu masuk Islam setelah ibunda Khadijah
Keistimewaan Keluarga Tholib
Keluarga Thalib ini adalah keluarga cerdas yang memiliki kecenderungan dengan menuntut ilmu mereka semua memiliki mental pembelajar sebagaimana “Thalib” disematkan di namanya yang artinya adalah pelajar.
Baik Sayyidina Ali atau Sayyidina Ja’far mereka sama-sama orang pandai dan hebat di dalam berbagai keilmuan, kecerdasan mereka di dalam keilmuan itu pun sangat diakui oleh para sahabat yang lain. Mereka mulia selain karena nasab, tapi juga mulia karena ilmu. Hal ini pula yang menjadikan Abu Thalib sebagai pemimpin Bani Hasyim
Dididik dalam Nubuwwah dan Mengenal Putri Rasulullah
Satu hal yang menjadi keberkahan Ali sebagai orang yang senang belajar, inilah yang akhirnya membuat beliau langsung dididik oleh Rasulullah dan ibunda Khadijah mendapat kehidupan spiritual di dalam rumah tangga kenabian.
Tentu karena hal ini beliau juga mengenal putri-putrinya Rasulullah seperti Sayyidah Zainab, Ruqyah, Ummu Kultsum hingga Sayyidah Fatimah yang paling kecil di antara lainnya dan merupakan kesayangan ayahandanya.
Fatimah Putri Kesayangan Rasulullah
Setelah ibunda Khadijah wafat sebagai seorang gadis yang tumbuh tanpa ibu, Fatimah menghabiskan hari-harinya bersama sang ayah mengingat, kakak-kakaknya sudah menikah, bahkan ia sangat mencintai dan memuliakan ayahnya dengan terus mendampingi sang ayah.
Sehingga pakar sejarah menjuluki Fatimah sebagai “Ummu Abiha” ibunda dari ayahnya karena segala hal yang berkenaan dengan Rasulullah, Fatimah senantiasa membersamai baik dalam merawat hingga mengurus sebagian urusan rumah tangga.
Meski usianya saat itu masih sangat belia Fatimah sudah terbiasa mengurus keperluan-keperluan ayahnya bahkan di saat-saat ayahnya mendapat perlakuan buruk dari orang-orang Quraisy
Sang Pelindung Ayah
Satu riwayat menyebutkan yang menjemput dan membersihkan kotoran dari tubuh ayahandanya adalah Fatimah di mana ketika itu ayahandanya sedang sujud di depan Ka’bah lalu seorang tokoh Quraisy yang bernama Uqbah bin Muayyid membawa satu keranjang berisi kotoran-kotoran hewan dan isi perut unta yang sudah disembelih sangat busuk dan menjijikan kemudian menumpahkannya ke punggung beliau di depan kepalanya sehingga orang-orang Quraisy berkerumun dan menertawakan beliau.
Karena Rasulullah seorang yang sangat pemalu beliau kemudian meneruskan sujudnya dan tidak mengangkat kepalanya karena itu hanya akan membuat orang-orang Quraisy semakin menertawakan beliau sampai kemudian datanglah Saidah Fatimah membawa air di dalam wadah dan juga kain untuk membersihkan kotoran yang ada di punggung dan kepala ayahnya.
Jangan Kalian Sakiti Ayahku
Ketika Fatimah datang dan menjemput ayahnya orang-orang Quraisy pun bubar karena merasa malu maka dengan berani Fatimah mengancam mereka jika mereka menyakiti ayahandanya mereka akan mendapatkan pembalasan darinya sebagai putri Rasulullah, keberanian yang luar biasa dari seorang Saidah Fatimah.
Setelah membersihkan seluruh kotoran yang ada di tubuh ayahnya barulah Rasulullah mengangkat kepalanya dan memeluk putrinya lalu Fatimah pun menuntun sang ayah pulang ke rumah, sesampai di rumah Fatimah pun menangis mengingat apa yang menimpa ayahnya sementara sang ibunda dan kakeknya Abu Thalib yang menjadi pelindung ayahnya sudah wafat. Rasulullah pun menenangkan putrinya itu wahai “Fatimah janganlah engkau bersedih Sesungguhnya Allah SWT pasti akan menjaga dan melindungi ayahmu”.
Ali Mengagumi Fatimah
Di saat-saat peran Fatimah yang luar biasa dalam menemani dakwah ayahnya inilah yang akhirnya membuat Sayyidina Ali mengagumi Fatimah, diam-diam Ali semakin simpati dan menyukai kepribadian putri dari Rasulullah ini, karena keberaniannya sifat-sifat mulianya, dan akhlaknya yang dahsyat di dalam membela ayahnya di saat-saat yang paling sulit dan perasaan itu beliau simpan hingga akhirnya mereka hijrah ke Madinah Al Munawarah maka di sanalah drama percintaan mereka dimulai
Abu Bakar Melamar Fatimah
ketika Ali dan Fatimah sudah berhijrah bersama Rasulullah ke Madinah saat itu tercium kabar bahwa Abu Bakar As Siddiq melamar Fatimah. Hal ini tentu menjadi bahan pembicaraan di kalangan para sahabat hingga kabar itu pun sampai kepada Ali, saat itu beliau bekerja sebagai kuli penimba air di kebun kurma milik orang Yahudi.
Mendengar itu Ali sungguh sangat dilema dan perasaan gundah gulana betapa melihat ke dirinya hanya seorang kuli sementara Abu Bakar adalah orang mulia dan kaya raya apalagi Abu Bakar adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah sering terlibat dalam dakwah Rasulullah sedangkan ia disuruh tidur di tempat tidur di mana ia akan dibunuh menggantikan Rasulullah.
Aku Ikhlaskan Fatimah…
Sayyidina Ali menyadari dengan kemuliaan dalam hatinya menilai Abu Bakar lebih layak karena dia seorang sahabat yang mapan, utama beriman sejak hari pertama Islam muncul dan pengorbanannya untuk dakwah yang sedemikian.
Kemudian Ali hanya berdoa kepada Allah “Kalau ini yang terbaik untuk Fatimah, Insya Allah mudah-mudahan dia mendapatkan suami yang baik dan memuliakannya”.
Tetapi ternyata esoknya Sayyidina Ali mendapat kabar dari pemuda-pemuda Anshor bahwasannya Abu Bakar ditolak karena saat itu Rasulullah sudah menikah dengan ibunda Aisyah khawatir akan jadi pembenaran di waktu yang akan datang jika Abu Bakar mertuanya menikahi putrinya walaupun dalam hukum Islam tidak melarangnya tetapi lebih kepada Adam
Umar Melamar Fatimah
Setelah Abu Bakar ditolak ternyata keesokan harinya ada lagi sahabat yang datang untuk melamar Fatimah yaitu Sayyidina Umar Bin Khattab saat itu usia Umar masih tergolong muda, lagi-lagi Ali kembali minder melihat sisi kemuliaan dan keberanian Umar.
Apalagi kontribusi Umar untuk Islam juga tidak perlu dipertanyakan sementara dirinya belum seberani Umar dan Fatimah butuh sosok pemberani yang melindunginya.
Sayyidina Ali kembali tawakal kepada Allah jika memang Umar yang terbaik untuk Fatimah. Ternyata keesokan harinya Ali kembali mendapati kabar bahwa lamaran Umar ditolak Rasulullah. Hal ini, didasari karena Rasulullah sangat tahu apa yang ada di hati putrinya.
Ali, Lamarlah Fatimah
Hal ini pula yang menjadikan para sahabat lain tidak lagi berani melamar Fatimah. Abu Bakar dan Umar saja ditolak apalagi mereka, jika harus menyamai Utsman yang saat itu sudah menjadi menantu Rasulullah suaminya Rukoyah, mereka pun juga tidak mampu.
Lantas hal ini membuat pemuda Anshor mendesak Ali untuk melamar Fatimah sebab siapa lagi di dalam Islam yang bisa memenuhi kriteria selain Abu Bakar, Umar dan Ali. Jika Abu Bakar dan Umar ditolak maka laki-laki yang ditunggu Fatimah itu adalah Ali, pemuda Anshar terus menyemangati.
Tapi, Ali merasa tidak percaya diri jika dilihat dirinya yang hanya seorang kuli, hebatnya pemuda Anshar pun terus mendukungnya terus-menerus untuk maju ke hadapan Rasulullah untuk melamar Fatimah.
Ali Melamar Fatimah dan Ahlan wa Sahlan
Sayyidina Ali akhirnya menghadap kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ketika itu beliau menyampaikan niat baiknya melamar Fatimah ternyata Rasulullah menjawab “Ahlan wa Sahlan” kemudian Rasulullah beranjak berdiri dan persilahkan Ali untuk pulang.
Kalimat yang sangat membingungkan bagi Ali, akhirunya beliau menemui teman-temannya. Ternyata teman-teman Ali membenarkan bahwasanya kalimat Ahlan wa Sahlan di Madinah artinya diterima berarti Ali sangat diterima Rasulullah SAW.
Sementara disuruh pulang itu disuruh mempersiapkan pernikahan, Ali pun bingung mau menyiapkan dengan apa. Betapa baiknya teman-teman Ali tersebut mereka mendukung dalam segala untuk kesuksesan pernikahan Ali dengan Fatimah
Pernikahan Ali dan Fatimah
Ali pun akhirnya semakin percaya diri untuk menikahi Fatimah Azzahra binti Rasulullah dengan mahar baju besi yang didapatkan di perang Badarsetelah menikah Rasulullah SAW, menginterogasi Ali dari mana ia mendapatkan semua persiapan pernikahan seperti rumah dan lain-lain.
Ali pun menjawab semua itu hasil sedekah dari teman-temannya mendengar itu Rasulullah SAW mengatakan bahwa Ahlul Bait dilarang menerima sedekah Ali pun terkejut dan akhirnya Rasulullah SAW menyarankan semua itu dijadikan sebagai hutang dan kembalikan dengan cara mencicil kepada mereka.
Rumah tangga Ali dan Fatimah didesain oleh Allah untuk memberikan pemahaman kepada seluruh kaum muslimin bahwa dengan keadaan yang terbatas serba tidak ada dan mungkin kekurangan Ia tetap bisa meraih surga yang sangat tinggi di sisi Allah
Ujian Demi Ujian di dalam Pernikahan
Rumah tangga Sayyidina Ali dan Saidah Fatimah diberikan oleh Allah dengan ujian-ujian berupa kekurangan bahkan Ali yang bekerja menimba air sampai merasakan punggungnya nyaris patah sementara Sayyidah Fatimah di rumah menggiling gandum dengan batu penggilingan sampai tangannya kapalan.
Hingga di pembicaraan suatu malam karena melihat istrinya sangat kesusahan Ali menyarankan Fatimah untuk meminta pelayan pada ayahnya yang saat itu mereka mendengar kabar Rasulullah kedatangan pelayan baru saking sulitnya kondisi mereka. Ketika Fatimah menghadap Ayahnya hendak untuk menyampaikan hajat itu Rasulullah SAW justru meminta Fatimah pulang dan mengatakan akan datang kepada mereka.
Ingatlah ada Allah di Sisimu Putriku…
Rasulullah SAW pun akhirnya datang ke rumah mereka, mendapati mereka berbaring di tempat tidur dan duduk diantara keduanya mengulus-ngelus kepala putrinya dan kemudian menepuk-nepuk pundak menantunya. Beliau mengatakan “Aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang lebih baik daripada memiliki pembantu yakni bacalah sesudah salat kalian Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan Allahu akbar 33 kali, niscaya Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan meringankan dan melapangkan dunia kalian dan meringankan dan melapangkan surganya kalian.
Mereka justru diajarkan berzikir kepada Allah meskipun Rasulullah SAW bisa memberikan mereka pembantu apalagi Fatimah adalah Putri kesayangannya bagaimana mungkin tidak bisa.
Sumber : Instagram @coretan_refada