Al-Amin di Puncak Sejarah: Mengapa Nabi Muhammad ﷺ Menjadi Tokoh Paling Berpengaruh?
Jejak Nurani Ustadz Agus Sutisna
Dalam buku kontroversial dan monumental The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, Michael H. Hart (seorang astronom dan sejarawan Amerik) menempatkan Nabi Muhammad ﷺ di urutan pertama sebagai manusia paling berpengaruh sepanjang sejarah. Pilihan ini bukan karena afiliasi agama, melainkan hasil analisis objektif terhadap dampak spiritual dan sosial yang ditinggalkan oleh Rasulullah ﷺ.
“Pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan. Tetapi saya berkeyakinan, dialah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.” Demikian pernyataam Michael H. Hart yang sempat mengejutkan dunia Barat beberapa tahun silam.
Prestasi Spiritualitas dan Duniawi
Hart menekankan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah satu-satunya tokoh yang sukses luar biasa dalam dua ranah sekaligus. Yakni sebagai pemimpin spiritual, beliau mendirikan agama Islam yang kini dianut oleh lebih dari dua miliar manusia. Dan sebagai pemimpin politik dan sosial, beliau membangun masyarakat Madani di Madinah, menyatukan suku-suku Arab, dan menciptakan sistem hukum yang adil.
Dalam Surah Al-Ahzab, Allah menyebut Nabi sebagai pemimpin utuh:
النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin daripada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Aḥzāb: 6)
Hart membandingkan pengaruh Nabi Muhammad ﷺ dengan tokoh-tokoh lain seperti Isa Al-Masih, Newton, dan Buddha. Ia menyimpulkan bahwa tidak ada tokoh lain yang memiliki pengaruh sebesar dan seluas Rasulullah ﷺ dalam waktu yang relatif singkat.
Lahir di Tengah Keterbelakangan, Membangun Peradaban
Salah satu alasan Hart menempatkan Nabi Muhammad ﷺ di posisi pertama adalah karena beliau lahir di wilayah yang “terbelakang” secara peradaban—Mekah, tahun 570 M—namun mampu membangun tatanan sosial dan spiritual yang melampaui zaman.
وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ
“Dan Dia mendapatimu dalam keadaan tidak tahu arah, lalu Dia memberi petunjuk. Dan Dia mendapatimu dalam keadaan miskin, lalu Dia memberi kecukupan.” (QS. Aḍ-Ḍuḥā: 7–8)
Nabi Muhammad ﷺ tidak pernah terlibat dalam penyimpangan sosial masyarakat jahiliyah: tidak berbohong, tidak mabuk, tidak menipu. Ia dikenal sebagai Al-Amin, sosok yang dipercaya dan dihormati bahkan sebelum kenabian.
Keteguhan Dakwah dan Konsistensi Moral
Hart mengagumi keteguhan Nabi ﷺ dalam menyampaikan risalah, meski menghadapi penolakan, intimidasi, dan tawaran duniawi. Dalam riwayat Ibnu Hisyam, Nabi ﷺ berkata:
“Andaikata mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan meninggalkan dakwah ini sampai Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya.”
Selama 23 tahun dakwah, Nabi ﷺ berhasil mengubah wajah Jazirah Arab dari masyarakat tribal dan jahil yang terpecah menjadi komunitas beradab yang menjunjung keadilan, ilmu, dan persaudaraan.
Piagam Madinah dan Inklusifitas
Sebagai kepala negara di Madinah, Nabi ﷺ menyusun Piagam Madinah—dokumen sosial-politik pertama yang menjamin hak warga, termasuk non-Muslim. Ini menjadi bukti bahwa beliau bukan hanya pemimpin spiritual, tapi juga negarawan visioner.
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS. Āli ‘Imrān: 159)
Hart menilai bahwa keberhasilan Nabi ﷺ dalam membangun sistem pemerintahan, hukum, dan etika sosial merupakan pencapaian yang tak tertandingi oleh tokoh lain dalam sejarah.
Pengaruh yang Melampaui Zaman
Hart menulis bahwa 13 abad setelah wafatnya, pengaruh Nabi Muhammad ﷺ masih kuat dan merasuk dalam kehidupan miliaran manusia. Ajaran beliau tentang keadilan, persamaan, dan solidaritas sosial tetap menjadi panduan hidup umat Islam hingga hari ini.
Dalam Surah Al-Fath, Allah menegaskan:
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” (QS. Al-Fatḥ: 1)
Apa yang Bisa Kita Warisi?
Penilaian Hart bukan sekadar pengakuan akademik, tapi pengingat bahwa kita sebagai umat Nabi ﷺ memiliki warisan besar yang harus dijaga: Integritas moral dalam kehidupan pribadi dan publik; Keadilan sosial dalam tata kelola masyarakat; dan Spiritualitas aktif yang membangun peradaban, bukan sekadar ritual.
Sebagaimana Nabi ﷺ menjadi cahaya bagi dunia, kita pun dituntut untuk menjadi lentera bagi lingkungan kita.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiyā’: 107)
Akhir kalam. Michael H. Hart adalah seorang non-Muslim. Tetapi dengan ketulusan serta objektifitas akademik dan keilmuannya, ia menempatkan Nabi Muhammad ﷺ di puncak sejarah. Bukan karena dogma, tapi karena fakta. Ini menjadi pelajaran penting bahwa keteladanan Rasulullah ﷺ bersifat universal, melampaui batas agama dan budaya.
Dalam bulan Maulid ini, mari kita hidupkan kembali teladan beliau dalam ruang kajian, keluarga, dan masyarakat. Dan jangan berhenti hanya sampai pada ngatir dan babacakan.