Pesantren Nurul Madany Gelar Amaliyah Tadris Kelas XII
Santri kelas XII Pesantren Nurul Madany melaksanakan kegiatan amaliyah tadris sebagai bagian dari program ujian akhir dan pembekalan keterampilan dakwah. Kegiatan ini berlangsung selama sepekan, dimulai pada Selasa (13/5) hingga Ahad (18/5), dan melibatkan seluruh santri tingkat akhir dari SMA dan SMK.
Amaliyah tadris merupakan praktik mengajar di depan kelas yang wajib diikuti oleh santri kelas XII sebagai bentuk implementasi ilmu yang telah mereka pelajari selama menempuh pendidikan di pesantren. Dalam praktik ini, para santri menyampaikan materi pelajaran seperti Nahwu, Bahasa Arab, Tajwid, Bahasa Inggris, dan Grammar kepada santri jenjang bawah, menggunakan metode pengajaran formal lengkap dengan persiapan RPP, media pembelajaran, dan strategi penyampaian.
Ustad Muhammad Nana, selaku penanggung jawab program, menyampaikan bahwa Amaliyah Tadris adalah ciri khas pendidikan pesantren yang menggabungkan teori dan praktik. “Kami ingin santri tidak hanya memahami ilmu secara teoritis, tapi juga mampu menyampaikan ilmu dengan baik, sistematis, dan penuh adab. Ini adalah latihan sebelum mereka benar-benar terjun ke masyarakat sebagai pendidik,” jelasnya.
Salah satu peserta, Anggun Juniati Putri santri dari kelas XII SMA, menyampaikan pelajaran bahasa Inggris tentang Descriptive texs dengan bahasa Inggris dan metode tanya jawab yang interaktif. “Saya mempersiapkan materi ini selama 2 minggu. Alhamdulillah bisa berjalan lancar. Ini pengalaman yang sangat berharga bagi saya,” ujar Anggun dengan penuh semangat.
Sementara itu, pimpinan pesantren Nurul Madany, KH. Abdullah Al Hadad, memberikan apresiasi tinggi kepada seluruh peserta. “Amaliyah Tadris ini adalah bentuk nyata dari tafaqqahu fi al-din. Kami berharap para santri membawa semangat dakwah ini ke mana pun mereka melangkah setelah lulus nanti,” tutur beliau dalam sambutannya saat pembukaan kegiatan.
Selama pelaksanaan, suasana pesantren tampak hidup dengan kegiatan belajar mengajar yang berbeda dari biasanya. Para santri tampak antusias, baik yang mengajar maupun yang menjadi peserta. Dewan guru menilai penampilan para peserta dari aspek penguasaan materi, cara penyampaian, pengelolaan kelas, dan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris. (pirireis)