Salman Al Farisi, Cinta yang Tak Harus Memiliki
Kisah Salman Al Farisi
Beliau adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW. Beliau lelaki yang istimewa bahkan dalam petualangan keimanannya pun sangat romantis. Beliau berasal dari negeri Persia tempat kelahirannya yang sejak awal beliau merasa agama yang diikutinya yaitu agama majusi adalah agama yang aneh, sehingga karena hal itulah beliau berusaha mencari tahu seperti apa ajaran kebenaran hingga akhirnya bertemu dengan Rasullullah SAW
Petualangan Mencari Kebenaran
ketika Salman Al Farisi merasa agama yang dianutnya adalah agama yang aneh maka disanalah beliau memulai petualangan, sewaktu dalam pencarian kebenarannya ini, di negerinya beliau bertemu seorang Rabi Yahudi lalu beliau pun bertanya tentang sesembahan mereka.
Singkat cerita Salman merasa tertarik dengan ajaran mereka beliau merasa bahwa ini adalah agama yang bisa diterima oleh logikanya, dan itu beliau jalankan hingga suatu ketika Salman mendapati Yahudi ini banyak melakukan manipulasi.
Seperti mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri, dan tidak menyalurkan sesuai aturan ajarannya di situlah Salman akhirnya meragukan agama itu dan memilih meninggalkan.
Berguru pada Rahib yang Lurus
Salman melanjutkan petualangan imannya, beliau pun bertemu dengan seorang Rahib Nasrani, beliau berdialog dengannya di situlah beliau mulai menemukan kebenarannya. Rahib Nasrani ini adalah Rahib yang lurus, tauhid yang Muwahidin.
Beliau bertemu mereka di tiga kota. Pertama, di Amuria beliau pun berkhidmat beribadah dengan cara Nasrani Muwahidin dan menemukan ketentraman. Ketika Bahim ini akan wafat Salman pun disarankan berguru kepada Rahib yang ada di Mosul.
Tiba di Mosul, beliau pun berguru dengan Rahib Nasrani di sana sampai Rahib itu wafat. Salman merasakan kepuasan rohani yang luar biasa maka setelah Rahib itu wafat, Salman pun pergi ke Antioch dan berguru di sana.
Pesan Terakhir Sang Rahib
Di Antioch, beliau berkhidmat di sana sampai Rahib itu juga wafat, sebelum wafat Salman juga bertanya kepada siapa lagi beliau berguru, Rahib pun mengatakan bahwa tidak ada lagi Rahib yang seperti mereka bertiga di muka bumi ini dan dia adalah yang terakhir.
Tetapi Rahib ini pun mengatakan bahwa masa hidupnya Salman sangat dekat dengan kemunculan seorang Nabi akhir zaman yang akan membawa risalah Allah yang terakhir menjadi penutup para Nabi dan ajarannya paripurna sampai hari akhir .
Kemudian Salman diminta untuk mencarinya ke tempat yang banyak ditumbuhi pohon kurma dan terletak di antara dua bukit setelah Rahib itu wafat Salman pun melanjutkan perjalanannya untuk mencari sang nabi terakhir ini hingga beliau pun mendapatkan di sebuah kota, yaitu kota Yatsrib.
Petualangan keimanan di Madinah
Setiba di Yatsrib beliau kemudian mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sambil mencari-cari tahu tentang sang nabi ini.
Saat itu Rasulullah masih di Mekah tetapi beliau tetap menunggu di Madinah hingga suatu ketika Rasulullah hijrah ke Madinah di mana di Madinah kala itu sudah ada orang-orang Madinah yang menerima ajaran beliau.
Ketika bertemu dengan Nabi, Salman pun mengetes beliau apakah benar Nabi atau tidak karena beliau sudah diberitahu ciri-ciri nabi ini dari Rahib yang beliau ikuti sebelumnya.
Rahib itu mengatakan ciri-ciri nabi itu tidak mau menerima sedekah, mau menerima hadiah dan ada cap kenabian di antara kedua tulang belikatnya..
Beriman dengan Risalah Nabi Terakhir
Akhirnya Salman mengetes Nabi dengan tiga ciri-ciri itu. Hari pertama, setelah memperkenalkan diri Salman memberikan sedekah kurma kepada Nabi tetapi Salman melihat nabi tidak menyentuh pemberian sedekahnya justru nabi mempersilahkan para sahabat memakannya.
Hari kedua, Salman memberikan nabi hadiah kurma maka Salman pun melihat beliau menerimanya dan memakannya bersama para sahabat.
lalu Salman pun berusaha untuk melihat ciri yang ketiga Karena nabi sudah tahu lebih dahulu niatnya Salman maka beliau pun melepaskan bagian atas gamisnya supaya nampak punggung.
maka ketika terlihat Ciri ketiga itu di sanalah Salman merasa takjub dengan apa yang ada pada Rasulullah dan pada ciri-ciri yang dicarinya Salman pun mendekati Rasulullah mencium tangannya kemudian Bersyahadat
Salmanun min Ahli Bait
Inilah kisah pertemuan Salman yang luar biasa yang sangat romantis dalam mencari kebenaran di Madinah bahkan keimanan Salman menjadi luar biasa setelah beriman dengan Allah dan Rasulnya.
Beliau pun juga menjadi sangat dekat dengan Rasulullah SAW karena kedekatannya inilah sampai-sampai Rasulullah SAW suatu saat mengeluarkan kalimat yang “ismil” kata beliau “Salman min Ahlul Bait” ( Salman bagian dari kami, Salman jadi Ahlil bait kami).
Perang Khandaq dan Kisah Cinta Salman
Salah satu kontribusi Salman yang sangat luar biasa adalah pada saat perang khandaq, di mana beliau mengusulkan satu strategi perang yang belum pernah dikenal bangsa Arab sebelumnya yaitu menggali parit pertahanan yang bisa mempertahankan kota Madinah dari serangan pasukan Ahzab pada saat itu.
Di balik perang Khandaq inilah kisah cinta Salman dimulai, di Madinah waktu itu Salman masih belum menikah, suatu hari Salman ditawari untuk menikah oleh sahabat-sahabatnya.
Salah satunya Abu Darda yang mau membantu melamarkan seorang gadis Anshar untuknya, karena Abu Darda sebagai seorang Anshar, memahami Salman orang asing belum dikenal sama penduduk Madinah dan akan sulit dipercaya 100% oleh mereka.
Melamar Gadis Anshar
Dengan adanya Abu Darda sebagai penjamin tentu hal itu akan memudahkan Salman mendapatkan istri di Madinah. Akhirnya datanglah mereka ke salah satu rumah milik orang ansor kemudian Abu Darda mewakili Salman berbicara setelah menyampaikan maksud dan tujuan mereka di sana yaitu mewakili Salman yang dipersaudarakan Rasulullah SAW kepadanya.
Abu Darda menjelaskan secara detail tentang Salman Al Farisi yang berasal dari Persia orang mulia yang telah melewati serangkaian pencarian hidayah sampai bertemu Rasulullah SAW dan menyatakan keislamannya bahkan Rasulullah SAW memuliakan dan menjadikannya bagian dari ahli baitnya. Setelah itu Abu Darda menyampaikan maksudnya untuk melamarkan putri dari keluarga itu, untuk dinikahi oleh Salman.
Aku memilih Abu Darda bukan Salman Al Farisi
Inilah poin yang tidak terduganya yang sama sekali, tidak pernah ada dalam rencana Abu Darda dan Salman. Bagaimana tidak Abu Darda semata-mata hanya ingin membantu tidak ada tendensi apapun, justru putri dari keluarga ini menyampaikan jawaban bahwa tidak berkenan dengan lamaran Salman alias menolak tetapi jika Abu Darda memiliki niat untuk melamar putri dari keluarga itu maka justru Putri itu siap dan mau.
Namun inilah sikap luar biasanya Salman meski lamarannya ditolak dan justru gadis itu malah ingin dengan sahabatnya, Abu Darda Salman memberikan respon yang luar biasa beliau dengan Ridho mengiklaskan Gadis itu untuk Abu Darda dan menghadiahkan mahar yang telah dibawanya untuk Abu Darda, berikan kepada mereka.
Pernikahannya Tidak Bahagia
Abu Darda dan Gadis itu pun menikah di saat Abu Darda yang sebenarnya belum siap untuk menikah maka setelah berumah tangga sekian waktu, akhirnya suatu waktu Salman yang sangat peduli dengan sahabatnya itu pun mengunjungi mereka, di rumah itu Salman bertemu istrinya Abu Darda yang kurang terawat lalu Salman pun bertanya tentang kabar mereka, istri Abu Darda menjelaskan tentang Abu Darda yang sudah tidak menginginkan dunia tiap siang berpuasa, setiap malam qiyamu lail, Salman melihat kondisi yang tidak nyaman itu dari seorang perempuan yang mau dia nikahi dulunya tetapi tidak jadi lalu menikahi sahabatnya dan dia fasilitasi justru sekarang harus melihat kondisinya yang tidak Bahagia.
Romantisnya Salman pada Sahabat
Ketika terjadi hal ini maka Salman mengambil sikap dengan meluangkan waktu datang ke rumah Abu Darda, saat itu Salman izin untuk menginap di sana untuk bisa ngobrol banyak dengan Abu Darda ketika Salman akan tidur maka Abu Darda mengatakan akan salat dulu karena salatnya itu dimulai dari ba’da isya sampai selesai menjelang subuh, Salman pun tetap mengajaknya tidur jika tidak Salman tidak akan tidur selamanya, mendengar itu Abu Darda pun ikut tidur.
Keesokan harinya Abu Darda menyiapkan sarapan masakan istrinya untuk Salman, ternyata Abu Darda tidak ikut sarapan dan mengatakan puasa melihat Itu lagi-lagi Salman mengajak Abu Darda sarapan dan bersumpah tidak akan makan selamanya jika Abu Darda tidak ikut sarapan.
Nasehat Salman untuk Abu Darda
Setelah sarapan selesai pagi itu Salman pun mengatakan satu kalimat yang nantinya akan dibenarkan oleh Rasulullah SAW.
“Keluargamu punya hak padamu jasadmu, tubuhmu juga punya hak atasmu, dan Allah juga punya hak atasmu penuhi semua, silahkan ibadah tapi jangan melalaikan keluarga, jangan melalaikan dirimu sendiri karena kamu memerlukan energi untuk ibadah maka harus makan, kau memberikan tubuh yang sehat untuk ibadah maka harus istirahat, Salman menasehati Abu Darda”.
Namun dalam hatinya Abu Darda menolak nasehat itu akhirnya pada siangnya ketika bertemu dengan Rasulullah Abu Darda melaporkan apa yang sudah Salman nasehatkan kepadanya Abu Darda merasa tidak nyaman karena dia suka ibadah
Rasulullah Membenarkan Salman
Maka Rasulullah membenarkan Salman dan mengatakan kepada Abu Darda orang yang paling tulus memberi nasehat kepadamu itu adalah Salman perhatikan nasehatnya.
Sesungguhnya jasad mempunyai hak, keluargamu mempunyai hak, Allah juga punya hak penuhi hak semuanya dan yang disampaikan Salman itu benar
Engkau Bahagia Aku Pun Bahagia
Sejak saat itulah di bawah bimbingan Salman yang cintanya tak memiliki Itu keluarga Abu Darda akhirnya makin lama makin romantis dan makin bahagia, sehingga Abu Darda dan Ummu Darda dikenal sebagai pasangan yang sangat romantis di Madinah, di balik sebuah rumah tangga mereka yang romantis itu ada seorang laki-laki yang berkorban luar biasa sikap tulusnya benar-benar karena Allah, bahagia melihat sahabat dan wanita yang dicintainya bahagia. Inilah salah satu kisah yang bisa menjadi cerminan bagi kita tentang seperti apa sebenarnya mencintai itu kalau memang takdir menentukan.