Umar dan Ummu Kultsum binti Ali (Andai Kau Bukan Amirul Mu’minin)
Kisah Umar dan Ummu Kultsum binti Ali Bin Abi Thalib
kisah perjalanan romantisme mereka bisa dikatakan kurang populer dibandingkan kisah-kisah romantis para sahabat yang lain. Seperti yang kita ketahui Sayyidina Umar lebih banyak dikenal lewat kisah keislamanya namun hal menarik di sini pernikahan Umar dan Ummu Kultsum menjadi bukti untuk bantahan terhadap orang-orang Syiah yang mengatakan hubungan Umar dan Ali tidak baik.
Kelahiran 2 Ummu Kultsum
Pernikahan ini terjadi di saat masa kekhalifahan Umar Bin Khattab saat itu sebenarnya Umar bukan ingin menikahi Ummu Kultsum binti Ali melainkan Ummu Kultsum binti Abu Bakar. Pada waktu itu ada dua gadis sebaya yang sama-sama memiliki nama yang sama dilahirkan pada tahun ke-6 Hijriyah di mana tahun ke-6 Hijriah itu adalah tahun wafatnya Sayyidah Ummu Kultsum binti Rasulullah istri Utsman bin Affan.
Kemudian setelah Ummu Kultsum wafat lahirlah putri dari Abu Bakar yang diberi nama Ummu Kultsum binti Abu Bakar As Siddiq dan lahir pula putri dari Ali dan Fatimah yang diberi nama Ummu Kultsum binti Ali Bin Abi Thalib mereka mengambil keberkahan dari nama putri Rasulullah yang wafat pada tahun tersebut
Keberkahan Sebuah Nama
Di zaman dulu para sahabat berlomba-lomba untuk mengambil keberkahan dari nama-nama orang Salih dan salihah yang sudah terbukti sebagai orang yang dicintai Allah dan mencintai Allah, hikmah untuk kita saat ini adalah saat hendak memberi nama anak dengan rujukan nama seseorang maka, disarankan para ulama untuk mengambil nama Auliya illah yang sudah wafat dan sudah disepakati sebagai orang salih, sebagai orang mulia, kekasih Allah dan hal-hal baik lainnya.
Maka nama yang diambil Abu Bakar dan Ali saat itu untuk putri-putrinya tepat di saat Ummu Kultsum sudah wafat. Kedua gadis yang bernama Ummu Kultsum ini tumbuh sebagai mahkota mahkota pada zamannya cerdas cantik salihah dan memiliki keutamaan-keutamaan masing-masing
Melamar Ummu Kultsum binti Abu Bakar As Siddiq
Di masa Sayyidina Umar menjadi khalifah beliau sangat ingin menyambung kekeluargaan dengan Sayyidina Abu Bakar As Siddiq karena beliau melihat keluarga Abu Bakar yang mulia dan lurus sejak dahulunya. Meskipun beliau sudah menyambung kekeluargaan dengan Rasulullah lewat putrinya Hafsah.
Maka Sayyidina Umar mengirim lamaran kepada keluarga besar Abu Bakar As Siddiq untuk bisa menikahi Ummu Kultsum binti Abu Bakar. Lamaran itu pun dipertimbangkan dan akan dijawab oleh ibunda Aisyah sebagai wakil dari keluarga Abu Bakar karena beliau lebih mampu menimbang dan menilai tanpa harus merasa tidak enak hati.
Lamaran Umar Ditolak
Ibunda Aisyah pun menyampaikan kepada keluarga besarnya, bahwasannya Umar dan Ummu Kultsum tidak cocok untuk dinikahkan beliau melihat Umar dari keluarga yang keras wataknya ketika sedang marah ketegasan dan keras kepalanya. Sedangkan Ummu Kultsum memiliki karakter yang lembut sensitif mudah menangis dan sangat mirip dengan ayahnya beliau menilai karakter Umar dan Ummu Kultsum tidak cocok untuk dipersatukan
Akhirnya ibunda Aisyah sebagai wakil keluarga untuk menyampaikan penolakan atas lamaran dari Umar Bin Khattab tersebut, dari sini pelajarannya adalah tidak semua lamaran orang sholeh itu diterima kecocokan karakter pun juga perlu dipertimbangkan
Menikahlah dengan Ahlul Bait
Saat ibunda Aisyah menyampaikan jawaban dari keluarga besar Abu Bakar atas lamaran Umar tersebut beliau memberikan jawaban yang begitu syahdu beliau memberikan penolakan sekaligus beserta solusinya, dimana beliau menyarankan Umar untuk menikahi salah satu ahli bait saja Ummu Kultsum yang lain yaitu cucu Rasulullah anak dari Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah.
Beliau mengatakan dengan pernikahan ini akan melanggengkan perbesanan dan kekerabatan Umar dengan Rasulullah hingga kiamat tidak akan pernah terputus, mendengar itu Umar pun menyetujui untuk melamar Putri Ali Bin Abi Thalib.
Melamar Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib
Sayyidina Umar pun akhirnya datang kepada keluarga Ali untuk melamar putrinya yang bernama Ummu Kultsum beliau sampaikan apa yang sudah disampaikan ibunda Aisyah kepadanya untuk menikahi putrinya yang juga menjadi Ahlul baitnya Rasulullah.
Sayyidina Ali pun kaget mendengar itu meski lamaran Umar ini menjadi satu kehormatan dan kebanggaan baginya, sebab putrinya masih terlalu muda untuk menikah maka perlu persetujuan Ummu Kultsum langsung apakah mau menikah dengan Umar atau tidak.
Akhirnya atas persetujuan Ali, Umar pun menemui Ummu Kultsum yang sangat itu sedang bermain dengan teman-temannya dalam kondisi yang belum baligh
Kalau Saja Bukan Amirul Mu’minin
Saat itu Umar datang menemui Ummu Kultsum untuk melihat kondisinya karena Ummu Kultsum belum baligh riwayat mengatakan Umar menyikap sebagian dari aurat Ummu Kultsum yaitu lengannya, ketika Sayyidina Umar menyikap untuk melihatnya, Ummu Kultsum binti Ali Bin Abi Thalib itu merespon dengan Celetukan “Kalau saja bukan Amirul Mu’minin sudah kucongkel kedua matamu itu”.
Melihat itu Umar merasa cocok dengan karakter Ummu Kultsum yang pemberani. Akhirnya Ummu Kultsum melaporan kepada ayahnya tentang apa yang sudah dilakukan Umar terhadapnya Sayyidina Ali pun menyerahkan seluruh keputusan kepada putrinya apakah akan menerima lamaran Umar atau tidak.
Menikahi Ummu Kultsum Saat Sudah Baligh
Meski usianya masih sangat muda Ummu Kultsum rasa cocok dengan Sayyidina Umar dan menerima lamarannya akhirnya mereka pun menikah salah satu riwayat menyebutkan pernikahan itu terjadi ketika Ummu Kultsum sudah mencapai usia balighnya dan Umar menunggu sekitar 1 tahun.
Setelah menikah mereka berhimpun dalam satu rumah tangga dan menjadi pasangan yang sangat kompak dan luar biasa di dalam mendampingi Sayyidina Umar untuk memerintah, memimpin kaum muslimin pada saat itu.
Sayyidina Umar dan Orang Badui
Satu kisah yang sangat luar biasa tentang Sayyidina Umar dan Sayyidah Ummu Kultsum, suatu malam Umar bersama budaknya Aslam sedang meronda di kota Madinah ketika sampai di bagian pinggir kota Madinah mereka menemukan satu kemah orang Badui
Ketika melihat itu Sayyidina Umar mendengar rintihan tangisan seorang perempuan yang kesakitan, maka Umar pun menghampiri kemah itu dan mengucapkan salam setelah bertanya ternyata orang yang di dalam kemah itu sedang mencari dan sedang kesulitan karena tidak punya harta sementara istrinya akan melahirkan.
Singkat cerita setelah tahu akan hal itu Umar pun bergegas pulang untuk mencari bantuan beliau menemui istrinya dan memintanya untuk membantu melahirkan orang Badui tersebut.
Amirul Mu’minin Sejati
Setelah mengambil beberapa keperluan makanan dan kebutuhan untuk orang Badui itu di Baitul Mal, maka Umar dan istrinya kembali ke kemah dan membantu persalinan wanita badui tersebut.
Umar dan Ummu Kultsum membantu mereka semaksimal mungkin seolah tidak ada celah antara pemimpin dan rakyatnya sendiri Sementara orang Badui itu tidak menyadari bahwa yang membantu mereka itu adalah Amirul Mu’minin
Setelah bayi itu lahir Ummu Kultsum pun keceplosan dengan menyebut nama Amirul Mu’minin di situlah orang badui tersebut menyadari bahwa yang membantu mereka adalah Amirul Mu’minin yang mereka cari mereka benar-benar terharu setelah menyadarinya.
Pernikahan Sevisi dan Sefrekuensi
Inilah Sayyidina Umar Bin Khattab dan istrinya Ummu Kultsum binti Ali Bin Abi Thalib pasangan yang sangat kompak berkhidmat penuh kepada rakyatnya Kehadiran Ummu Kultsum sebagai istri di sisi Sayyidina Umar Bin Khattab di masa-masa berat dan tugas beliau sebagai seorang pemimpin.
Hal itu membuat beliau merasa memiliki partner dalam berkhidmat kepada rakyat dan beliau menganggap soal berkhitbah ini Sayyidah Ummu Kultsum yang paling bisa memahami dan mengimbangi beliau meski beliau juga ada istri yang lain tapi baginya hanya Ummu Kultsum lah yang mampu dalam hal ini dalam pernikahan mereka Allah mengkaruniakan dua orang putra-putri yaitu Zaid bin Umar dan Ruqayah binti Umar
Sang Suami Berpulang
Sayyidina Umar wafat setelah bertahan 3 hari akibat ditikam di waktu subuh di Masjid Nabawi oleh Abu Lu’luah Firaus. Selama 3 hari itu beliau senantiasa berada di pangkuan Sayyidah Ummu Kultsum.
Ummu Kultsum merawat beliau sepenuh hati hingga akhirnya pun beliau berpulang sangat merasa kehilangan seorang suami yang benar-benar menjadi partner di dalam kehidupannya itu, inilah keluarga Sayyidina Umar dan Sayyidina Ummu Kultsum menjadi cermin tentang seorang pemimpin yang mendapatkan pendamping yang juga cekatan dalam mengurus urusan-urusan ke umatan Ummu Kultsum menjadi istri muda yang mendukung tugas-tugas sang suami dengan pengorbanan yang luar biasa.
Sumber : Instagram @coretan_refada